Bissmillahirrohmaan irrohiim
mari disimak kisah dari seseorang yang sangat menginspirasi kita untuk lebih berhati hati dalam berbuat dan menambahkan ketaqwaan kita kepada sang pencipta yaitu allohurobulalamin, semoga bermanfaat baik pribadi maupun umum , jangan lupa diamalkan dan dishare keteman kalian ya,sekian syukron jazilan
Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian.
Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat.
Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu
yang masih menyala.
Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.
Khalifah Umar menghentikan langkahnya.
Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik
bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak
perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.
"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu.
"Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."
"Benar anakku," kata ibunya.
"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing
kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.
Hmmm....., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun.
Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita
akan kelaparan," kata ibunya.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.
"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah."
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah,
wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat
berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera
menolak keinginan ibunya.
"Tidak, bu!" katanya cepat.
"Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air."
Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat
curang kepada pembeli.
"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu?
Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak
melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.
Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?"
"Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah
malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan
tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap memaksa.
"Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"
Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita
mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti
mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya,
"tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.
Sungguh
kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun,
jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.
"Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi.
Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap
saat,"kata anak itu.
Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.
Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.
" Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam khalifah Umar.
Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu.Kemudian ia cepat-cepat
pulang ke rumahnya.
Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.
" Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya, "
kata khalifah Umar. " Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis
jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah
yang Maha Melihat."
shim bin Umar menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan
anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka
mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan.
" Tuan,
saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual
susu. Tuan jangan tangkap kami....," sahut ibu tua ketakutan.
Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.
"Bagaimana mungkin?
Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis
miskin seperti anakku?" tanya seorang ibu dengan perasaan ragu.
" Khalifah adalah orang yang tidak membedakan manusia. Sebab, hanya
ketawakalanlah yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah," kata
Ashim sambil tersenyum.
" Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur," kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.
Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka.
" Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian...," jelas khalifah Umar.
Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.
Semoga para pemimpin di negeri kita ini juga menjunjung tinggi kejujuran, Amien